tulisan bola

Siapa tak kenal dengan Luis Enrique. Dia merupakan salah satu pemain legendaris dan kontroversial di Spanyol. Sepanjang berkarier dari 1988–2004, pemain serbabisa itu pernah tercatat sebagai bagian tim sukses dua klub raksasa yang bermusuhan, Real Madrid dan Barcelona.

Jiwa petualang Luis Enrique juga berlanjut setelah tak lagi bermain bola. Setelah memutuskan pensiun pada 10 Agustus 2004, pemain bernama lengkap Luis Enrique Martinez Garcia ini memilih kegiatan yang sama sekali tak terkait dengan sepak bola. Dia kini tengah menggeluti triathlon, cabang olahraga yang terdiri atas balap sepeda, renang, dan lari marathon. Bahkan, saking seriusnya menggeluti, dia sampai tahu cara menentukan rucksack, sepeda, dan perlengkapan terkait yang baik buat menunjang cabang olahraga itu.

Bukti keseriusan Luis Enrique bisa dilihat dari catatan pribadi yang dicurahkan di blog pribadi. Dia sangat menikmati kegiatan barunya itu. Karena selain menyehatkan, triathlon membuat eks pemain timnas Spanyol itu bisa menyalurkan hobinya, travelling. Dari semua tempat yang pernah dikunjungi, New York menjadi kota yang paling disukainya.


Diposkan oleh Kang Jalu di 06.22 0 komentar
Selasa, 04 Maret 2008
Tak ada prestasi instan
"Saya tak pernah berpikir tim ini akan tetap berada di Premier League meski telah mengontrak Paul Jewell. Kami sadar klub ini hanyalah klub Divisi Championship. Masih banyak kekurangan di banyak tempat jika ingin bertahan di Premier League."
Penegasan Chairman Derby County, Adam Pearson, kepada TheGame Podcast pada 4 Maret 2008 itu mungkin akan membunuh asa para fans The Rams terhadap kiprah klubnya. Bagaimana tidak, Pearson masih bau kencur di mata fans Derby. Dia baru berada di Pride Park sejak 29 Oktober 2007 lalu. "Berani-beraninya dia berujar seperti itu?" Mungkin seperti itulah sikap suporter Derby begitu mendengar ucapan Pearson.
Lagipula, saat Paul Jewell datang menggantikan Billy Davies, para fans berharap Derby akan bisa lepas dari zona merah pada musim pertamanya kembali ke Premier League. Status Jewell saat melatih Wigan Athletic dijadikan pegangan oleh mereka untuk percaya bahwa tim kesayangannya takkan kembali tergelincir ke Divisi Championship.
Tapi, di sisi lain, pendapat Pearson itu banyak benarnya. Nyatanya, meski Jewell sudah datang, Derby tak pernah lepas dari posisi juru kunci. Eks manajer The Latics itu hanya bisa meraup 6 poin dari 17 laga sejak memimpin Robert Earnshaw dkk sejak 28 November 2007 lalu. Ironisnya, seluruh poin itu didapat dari hasil bermain imbang, bukan kemenangan.
Secara personal, Pearson juga yakin pendapatnya itu akan memancing reaksi yang tak mengenakkan dari publik Pride Park. Tapi, ada alasan besar Pearson menegaskan hal itu. Menurutnya, lebih dia membuat kebijakan untuk mempersiapkan klub berjuang di Championship musim depan dibandingkan mengeluarkan banyak uang saat ini yang bisa menguras kas klub tapi hasilnya tetap nihil.
"Saya kira, jika bersikap jujur, para fans juga mengakui tim kesayangannya masih belum layak berjuang di Premier League. Jadi mana yang lebih baik, menghambur-hamburkan uang saat ini dan memicu krisis yang lebih besar atau bersikap bijak untuk persiapan musim depan?" ujar Pearson.
Menurut Pearson, dilihat dari kebijakan transfer yang dilakukan pada musim panas lalu, Billy Davies, manajer saat itu, terlihat nama-nama yang masuk hanyalah level Divisi Championship. Jelas akan sulit bersaing di pentas terelite jika hanya mengandalkan pasukan dari level kedua. Hanya semangat yang bisa diandalkan. "Tapi, jangan salahkan Davies. Dialah yang berjasa membawa tim ini kembali ke Premier League," tepis Pearson.
Tak ada prestasi instan. Pearson menyadari hal itu. Meski berbakat dan memiliki sumber daya melimpah, akan sia-sia jika tak diiringi kerja keras dan kontinuitas. Lebih baik mundur selangkah untuk melakukan awalan agar bisa melompat lebih tinggi dibandingkan memaksakan diri dengan kemampuan yang ada. Berhasil tidak, terjerumus makin dalam iya.

0 komentar:

Posting Komentar

Minggu, 03 Oktober 2010

tulisan bola

Siapa tak kenal dengan Luis Enrique. Dia merupakan salah satu pemain legendaris dan kontroversial di Spanyol. Sepanjang berkarier dari 1988–2004, pemain serbabisa itu pernah tercatat sebagai bagian tim sukses dua klub raksasa yang bermusuhan, Real Madrid dan Barcelona.

Jiwa petualang Luis Enrique juga berlanjut setelah tak lagi bermain bola. Setelah memutuskan pensiun pada 10 Agustus 2004, pemain bernama lengkap Luis Enrique Martinez Garcia ini memilih kegiatan yang sama sekali tak terkait dengan sepak bola. Dia kini tengah menggeluti triathlon, cabang olahraga yang terdiri atas balap sepeda, renang, dan lari marathon. Bahkan, saking seriusnya menggeluti, dia sampai tahu cara menentukan rucksack, sepeda, dan perlengkapan terkait yang baik buat menunjang cabang olahraga itu.

Bukti keseriusan Luis Enrique bisa dilihat dari catatan pribadi yang dicurahkan di blog pribadi. Dia sangat menikmati kegiatan barunya itu. Karena selain menyehatkan, triathlon membuat eks pemain timnas Spanyol itu bisa menyalurkan hobinya, travelling. Dari semua tempat yang pernah dikunjungi, New York menjadi kota yang paling disukainya.


Diposkan oleh Kang Jalu di 06.22 0 komentar
Selasa, 04 Maret 2008
Tak ada prestasi instan
"Saya tak pernah berpikir tim ini akan tetap berada di Premier League meski telah mengontrak Paul Jewell. Kami sadar klub ini hanyalah klub Divisi Championship. Masih banyak kekurangan di banyak tempat jika ingin bertahan di Premier League."
Penegasan Chairman Derby County, Adam Pearson, kepada TheGame Podcast pada 4 Maret 2008 itu mungkin akan membunuh asa para fans The Rams terhadap kiprah klubnya. Bagaimana tidak, Pearson masih bau kencur di mata fans Derby. Dia baru berada di Pride Park sejak 29 Oktober 2007 lalu. "Berani-beraninya dia berujar seperti itu?" Mungkin seperti itulah sikap suporter Derby begitu mendengar ucapan Pearson.
Lagipula, saat Paul Jewell datang menggantikan Billy Davies, para fans berharap Derby akan bisa lepas dari zona merah pada musim pertamanya kembali ke Premier League. Status Jewell saat melatih Wigan Athletic dijadikan pegangan oleh mereka untuk percaya bahwa tim kesayangannya takkan kembali tergelincir ke Divisi Championship.
Tapi, di sisi lain, pendapat Pearson itu banyak benarnya. Nyatanya, meski Jewell sudah datang, Derby tak pernah lepas dari posisi juru kunci. Eks manajer The Latics itu hanya bisa meraup 6 poin dari 17 laga sejak memimpin Robert Earnshaw dkk sejak 28 November 2007 lalu. Ironisnya, seluruh poin itu didapat dari hasil bermain imbang, bukan kemenangan.
Secara personal, Pearson juga yakin pendapatnya itu akan memancing reaksi yang tak mengenakkan dari publik Pride Park. Tapi, ada alasan besar Pearson menegaskan hal itu. Menurutnya, lebih dia membuat kebijakan untuk mempersiapkan klub berjuang di Championship musim depan dibandingkan mengeluarkan banyak uang saat ini yang bisa menguras kas klub tapi hasilnya tetap nihil.
"Saya kira, jika bersikap jujur, para fans juga mengakui tim kesayangannya masih belum layak berjuang di Premier League. Jadi mana yang lebih baik, menghambur-hamburkan uang saat ini dan memicu krisis yang lebih besar atau bersikap bijak untuk persiapan musim depan?" ujar Pearson.
Menurut Pearson, dilihat dari kebijakan transfer yang dilakukan pada musim panas lalu, Billy Davies, manajer saat itu, terlihat nama-nama yang masuk hanyalah level Divisi Championship. Jelas akan sulit bersaing di pentas terelite jika hanya mengandalkan pasukan dari level kedua. Hanya semangat yang bisa diandalkan. "Tapi, jangan salahkan Davies. Dialah yang berjasa membawa tim ini kembali ke Premier League," tepis Pearson.
Tak ada prestasi instan. Pearson menyadari hal itu. Meski berbakat dan memiliki sumber daya melimpah, akan sia-sia jika tak diiringi kerja keras dan kontinuitas. Lebih baik mundur selangkah untuk melakukan awalan agar bisa melompat lebih tinggi dibandingkan memaksakan diri dengan kemampuan yang ada. Berhasil tidak, terjerumus makin dalam iya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar